Gara-gara Ini, Saleh Tega Bunuh Rafika

SUNGGUMINASA.LJS- Siapa yang bisa menyangka, motif Saleh membunuh Rafika Hasanuddin (22) hanya karena ingin mencuri Handphone.

Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani, usai rekonstruksi, menjelaskan jika pelaku mengikuti korban ketika pulang ke rumah.

"Jadi sekira pukul 23.00 wita, korban pulang. Ternyata pelaku mengikuti korban sampai masuk ke dalam rumah," ujarnya.

Begitu di dalam rumah, korban tidak menutup pintu sehingga pelaku dengan mudah masuk.

"Korban ini mau ganti baju. Tapi tiba-tiba pergoki si Saleh mau ambil Handphone yang disimpan di meja, korban ini kejar karena ketahuan dia hantamkan kepala pelaku ke tembok, setelah pingsan dia pukul lagi. Baru dia ambil pisau tusuk lehernya dan gorok, ".

Setelah tewas, Saleh sempat merenung di kamar korban sambil merokok.

Dia lalu mencuci pisau yang digunakan membunuh dan membuangnya ke atas jendela belakang kamar korban, beserta obeng yang akan ia ambil. Namun karena ada darah, akhirnya ikut dibuang bersama pisau

Dia juga lalu menutup jasad korban dengan sarung, kemudian keluar melalui pintu depan. Saleh sempat menurunkan saklar lampu yang ada di samping. Lalu kembali ke pos yang berada di samping rumah korban.

Anak Yatim

Hanya, sekitar dua pekan Rafika Hmenikmati kebersamaan dengan ibu, dr Hj Yusni Yunus, dan keluarganya di kampung halaman, Bajo, Luwu.


Setelah diwisuda, 17 Desember 2016, Rafika pulang kampung, akhir bulan lalu, 28 Desember.

Setelah merayakan tahun baru bersama ibu tercinta, Rafika kembali ke Makassar, pekan kedua kedua 2017, Selasa (10/1/2017).

Dia tidak ingin berlama-lama di kampung, kendati rasa rindunya bersama sang ibu masih membuncah.

Empat tahun Rafika meninggalkan dr Yusni di kampung, wanita single parent yang membesarkan membiayai kuliah Rafika.

Setelah menyelesaikan pendidikan selama 12 tahun di Pondok Pesantren Modern Babussa'adah Bajo, sekolah dasar (SD) hingga madrasah aliyah, Rafika melanjutkan pendidikan di Jurusan Farmasi Universitas Indonesia Timur (UIT).

Dia ingin menjadi apoteker.


Hasratnya untuk menolong sesama lewat profesi apoteker sudah menggebu. Makanya, begitu selesai wisuda, Rafika langsung mendaftar di Apoteker Universitas Muslim Indonesia (UMI).

"Dia tidak mau lama-lama tinggal di kampung. Dia ke Makassar untuk mengurus pendidikan lanjutannya di UMI. Rencananya mau lanjut lagi ambil profesi," ujar tante Rafika, Yusmiati, kepada Desy Arsyad dari TribunLuwu.com, Selasa (17/1/2017).

Rafika tinggal sekitar dua pekan di Makassar menanti pengumuman hasil tes profesi apoteker di UMI.

“Sebelumnya almarhumah menyambut tahun baru bersama keluarga dan sempat juga mengikuti kegiatan zikir di Belopa, mau ambil apoteker-nya di UMI, sudah mi tes, makanya Makassar minggu lalu waktu hari Selasa malam, mau tunggu pengumuman tesnya," jelas Yusmiati.

Sebulan setelah wisuda, 17 Januari 2017, Rafika dipulangkan ke kampung halamannya untuk dimakamnkan.

Di kalangan keluarga dan teman sekolahnya di pesantren, Rafika dikenal humoris.

"Kak Rafika kakak kelasku di pesantren," ujar Soleha di rumah duka, kemarin.

Soleha beberapa menyeka air mata menanti jenazah sang sahahiah.

"Kak Rafika orangnya humoris, selalu bercanda sama adik kelasnya, sama teman sekelasnya. Saya kan sebelahan kamar saat di pesantren, dan saya sering dengar ketawanya dari dalam kamarnya," jelas Soleha.

Menurutnya, saat di pesantren, Rafika suka bercanda dengan pura-pura menjadi kuntilanak.

"Kadang biasa main 'setan-setan', kan licin rambutnya, kalau malam main jadi kuntilanak," ujar Saleha.

Rafika ditemukan tak bernyawa, Senin (16/1/2017). Menurut kante almarhumah, Haya (47), ia satpam Perumahan Yusuf Bauti Garden menyampaikan ke keluarga bahwa dua hari lalu terparkir mobil jenis minibus silver di depan rumah korban.

"Saya dengar dari sekuriti kalau dia sempat lihat ada mobil berwarna silver parkir di depan rumah," jelas Haya.

Informasi yang dihimpun Tribun-Timur.com, mobil tersebut terparkir pada waktu dini hari dan diketahui merupakan merek Suzuki Ertiga.

Sepupu korban, Suisrawati, menerangkan keponakannya memang tinggal di rumah keluarga sejak masih mahasiswa baru.

Awalnya ia bersama tantenya tinggal di rumah itu namun belakangan ditinggal sendiri ke Papua.

Meski demikian, orang tua dan keluarga lain tak jarang mampir dan bermalam di rumah tesebut.

"Bahkan baru tiga malam omnya pulang ke Palopo, dia bermalam di situ bersama Ika (sapaan korban)," jelas Wati ditemui di RS Bhayangkara, Senin (16/1/2017) malam.



#Tribunnews
Share on Google Plus

About Syafrizal Gan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment